Banjir Karawang (3)

Banjir Karawang (3)

Sungai Citarum, riwayatmu kini...




Citarum, terkikis tepinya akibat penggalian pasir (foto dari internet)

“Air mengalir sampai jauh.., akhirnya ke laut” begitulah penggalan lagu Bengawan Solo karya Gesang. Tapi ini bukan di Solo, melainkan Karawang, yang dilintasi oleh Sungai Citarum, yang hulunya terletak di wilayah Bandung. Karena banyaknya debit air yang dilaui sungai ini, maka dibangunlah 3 waduk untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yakni Waduk Saguling, Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur Purwakarta lalu sungai mengalir ke Wilayah Karawang dan dimanfaatkan untuk air minum serta irigasi sawah di Subang,Bekasi dan Karawang hingga bermuara di Karawang, Pantai utara Laut Jawa.


Bila Citarum bisa berkisah, mungkin terlalu banyak riwayat yang harus diceritakan. Sungai merupakan nadi kehidupan, dimanapun dia berada, begitu juga Sungai Citarum. Dahulu pada masa kerajaan nusantara, Sungai Citarum sangat dimuliakan oleh para penduduknya. Kerajaan Tarumanegara, tahun 419 Masehi saat itu dipimpin oleh Raja Purnawarwarman yang sangat memperhatikan kondisi sungai di negerinya, termasuk Sungai Citarum. Kala itu, sungai ini menjadi sarana transportasi utama, juga menyediakan ikan. Sehingga sangat dijaga, baik oleh raja maupun rakyatnya. (Buku Sejarah Jawa Barat, Yoseph Iskandar).

Di Situs Sejarah


Eratnya kaitan antara daerah hilir Sungai Citarum dengan Kerajaan Tarumanegara telihat dari sejumlah prasasti berasal dari abad ke 4. di Wilayah Karawang, di Situs Batujaya dan Situs Cibuaya yang menunjukkan pernah adanya aktivitas permukiman kebudayaan pra-Hindu sejak abad ke-1 Masehi di bagian hilir sungai.


Banjir (foto dari internet)

Namun, seabad kemudian Sungai Citarum berubah, dari fungsinya sebagai nadi kehidupan, kini menjadi bencana kehidupan akibat parahnya kerusakan di lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Kerusakan yang diakibatkan “tangan-tangan manusia” itu terlihat mulai dari hulu hingga hilir. Berbagai limbah dan tumpukan sampah tumpah disana, juga pendangkalan akibat abrasi. Kerusakan itu mnyebabkan banjir yang tak terelakkan. Menggenangi tidak saja perumahan, sawah, ladang, tambak, pabrik, sekolah dan lain-lain. Ini sebuah musibah. Musibah yang datang akbibat kelalaian manusia.


Kamis, 8 April 2010. Kami dari Pengkajian Al Husna kembali mengunjungi wilayah banjir di Karawang. Banjir telah berlalu, tetapi bukan mustahil akan datang kembali. Sungguh sangat mencemaskan. Dalam kesempatan itu kami datang ingin memberikan bantuan yang berasal dari jamaah dan dari ibu2 jamaah pengajian lainnya. Kunjungan ketiga ini bantuan berupa perlengkapan buku, alat tulis dan Al Quran. Alhamdulillah bantuan cukup banyak hinga ber dos-dos. Kami sampai harus meminjam mobil box teman kami, Koko. Ada 5 titik lokasi bantuan, yakni Karaba di Teluk Jambe, Teluk Buyung, Segaran, dan dua buah sekolah dasar di wilayah Batujaya.



Mbak Hasnah menyerahkan bantuan

Siang hari, kami tiba di Kantor Desa Segaran batu Jaya, diterima oleh Sekretaris Desa dan menyampaikan keinginan untuk menyerahkan langsung ke tempat musibah. Namun karena wilayah yang akan dikunjungi cukup jauh, dan jalannya sempit, licin dan rusak (bahkan waktu banjir sempat terisolir), maka kami disarankan untuk mengganti mobil box untuk barang dengan mobil bak terbuka yang lebih kecil untuk membawa paket bantuan. Jadilah kami menuju segaran, dengan dipandu oleh Mas Nana Suryana, Pak Didik, Pak Rohim dkk. Benar saja, wilayah yang kami datangi cukup membuat hati takut, karena harus menelusuri tepi Sungai Citarum, sedangkan jalan yang ditempuh sempit, sebagian masih tanah dan cenderung becek karena bekas banjir. Dibeberapa bagian bahkan ada yang longsor. Seperti ikut off-road, kendaraan pick up untuk membawa paket bantuan selip, sehingga harus diangkat beramai-ramai. Mobil kami, yang dikendarai Mbak Hasnah berjalan perlahan-lahan, selain licin, juga khawatir selip atau terperosok.. sayapun sempat berpikir kalau tanahnya amblas bisa-bisa tergelincir ke sungai..


Rumah penduduk di Dusun Segaran, Kecamatan Batujaya

Alhamdulillah semua berjalan lancar. Satu demi satu lokasi sudah didatangi. Kami juga berencana ingin membuat taman bacaan untuk anak-anak disana. Kami lihat rumah ketua RT cukup memungkinkan bagi anak-anak untuk singgah, duduk-duduk dan meluangkan waktu sepulang sekolah untuk membaca buku. Semoga ada kemudahan untuk mewujudkannya, tak lupa kami juga memberi bantuan ke tempat relawan Pak Nana tinggal. Untuk anak-anak disana kami berikan paket berisi alat tulis, buku tulis, buku gambar dan buku belajar mengaji, Iqro. Semoga mereka senang menerimanya.



Dari wilayah Segaran, kurang lebih setengah jam kami menuju Pantai Pakis Jaya untuk santap siang disana. Perjalanan menuju pantai sangat indah, kiri dan kanan sawah hijau yang mulai menguning, benar-benar menyejukkan mata. Lalu tibalah kami di Pantai Pakis. Alhamdulillah pantainya cukup bersih. Kami mencari rumah makan di tepi pantai, agak di ujung. Udara pantai yang bersih, dan ikan bakar yang “wangi” sangat mengundang selera makan. Tampak dikejauhan sekumpulan anak-anak bermain perahu di tepi laut.
Perjalanan pulang pun kami nikmati pemandangan hijaunya sawah, namun kali ini ditambah pemandangan lain.. tampak sepanjang aliran sungai irigasi, para penduduk baik tua muda, anak-anak banyak yang menggunakan kali aliran irigasi sebagai sarana MCK. Apakah tidak ada penyuluhan untuk itu? Air sebagai sumber kehdiupan, mengapa harus tercemar? Sungguh menyedihkan melihat kenyataan ini.



MCK di saluran irigasi. Apakah tidak ada penyuluhan tentang kebersihan diri dan lingkungan?


Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Kami harus bersiap-siap untuk pulang. Namun sebelum pulang, kami mampir ke Candi Jiwa, salah satu Situs Batujaya, yakni suatu kompleks sisa-sisa percandian Budha kuno. Terletak di dua kecamatan, yakni di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya. Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan candi-candi yang tersebar di beberapa titik. Tidak jauh dari Candi Jiwa, ada Candi Blandongan, yang merupakan candi utama dari kompleks pecandian. Konon, jika sudah ada candi, sangat boleh jadi pada saat itu sudah terdapat kerajaan. Sebab untuk membangun candi dibutuhkan biaya yang tidak sedikit dan masyarakat yang terorganisir. jika asumsi para arkeologi bahwa candi ini berdiri pada tahun 3 Masehi, bisa dipastikan situs batujaya ini merupakan candi tertua yang pernah ditemukan di Indonesia.

Hari sudah semakin sore, kami hanya mampir ke Candi Jiwa. Situs ini terletak di tengah-tengah daerah persawahan. Untuk kesana, kami menyusuri sawah.yang mulai menguning. Saat itu pemandangan sangat indah. Seakan-akan candi berada di hamparan karpet hijau kekuningan dengan bertaburan kilauan sinar matahari senja. Tak habis-habisnya kami mengagumi pemandangan indah ini. Subhanallah.. Subhanallah.


siap panen


Jakarta, 9 April 2010.
-meita-

Di Pantai Pakis Jaya

posted under |

0 comments:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Pengikut

Jumlah Pengunjung Situs ini :

Wadah silaturahim, mengkaji al Qur'an dan kegiatan sosial

Al Qur'an mengingatkan agar akal memperoleh kebenaran.
Hati harus diarahkan untuk mencintai kebenaran itu.








Al Husna

Didirikan pada Bulan Juni tahun 2006.







Awalnya terdiri dari para alumni SMASH Training yang bertujuan untuk memaknai Asmaaul Husna dalam pikiran, sikap dan perbuatan. Untuk tetap bersilaturahim dan menambah wawasan pengetahuan Islam, kami mengadakan Pengkajian al Qur'an yang diadakan Insya Allah setiap Hari Sabtu. Dua kali sebulan. Minggu ke-2 dan ke-4







Namun tidak saja untuk para alumni, tapi terbuka untuk siapa saja yang berminat untuk mendalami dan mengkaji Al Qur'an. Oleh karena itu kami menamakan "Pengkajian" karena ingin membahas dan mengkaji ayat-ayat Al Qur'an.







Dalam perkembangannya kegiatan tidak saja Pengkajian al Qur'an, tapi kami juga berkiprah dalam kegiatan sosial antara lain pemberian santunan untuk yatim dan dhuafa, memberi bantuan korban bencana alam serta mendukung kegiatan mobil pintar. Untuk lebih menambah wawasan, kami juga menyelenggarakan seminar dan kajian buku.







Pengurus Pengkajian Al Husna





Penasehat : Bp Sutisnawan



Ketua : Ibu Mirna Antonio Sjafii



Ketua Bidang Pengkajian : Ibu Suri Hidayat



Bendahara : Ibu Trias Putri



Sekretaris : Mb Ria Rasjim



Para pengurus lainnya:



Ibu Zulfah Makki, Ibu Wiwin Didi, Ibu Dina Ariyati, Mb Hasnah Malik, Ibu Meita A. Lubis, Ibu Imas Kartika, Mb Ambar. Dkk.



Kami berharap agar langkah yang kami lakukan mendapat Rahmat dan Ridho dari Allah SWT serta bermanfaat bagi umat.



Amiin Ya Robbal Alamiin



Alamat Email :

pengkajian.alhusna@gmail.com































































































































































































































































Recent Comments