Undangan Pengkajian





Assalamualaikum Wr Wb.
Mengundang Bp/Ibu Pengkajian Al Husna.
Waktu : Sabtu 10 Juli 2010 Pk 8.30
Tempat : Learning Center Pertamina
(Belakang Gedung Wanita Pertamina)
Jl Sinabung II
NaraSumber : Ustadz Amin Sumawijaya SAg
Penulis Buku Paradigma Qur'ani
Terima Kasih
Ibu Mirna Antonio Sjafii
Ibu Suri Hidayat

Mohon Konfirmasi ke :
+628164631188


Banjir Karawang (5)

Karawang Selayang Pandang










Kalau tidak karena banjir di wilayah Karawang, mungkin kami tidak akan berkunjung kesana.. tapi tidak ada sesuatu yang kebetulan, semua terjadi atas kehendak Allah SWT. Tidak ada satu lembar daunpun yang jatuh, melainkan atas ijin Allah. Banjir besar yang melanda kawasan ini akhir Bulan Maret 2010, membuat hati tergerak untuk berbuat sesuatu terhadap Karawang.
Kunjungan demi kunjungan dengan membawa bantuan untuk warga yang tertimpa musibah membuat kami sedikit banyak mengenal Karawang dengan segala keindahannya. Bila ingin memandang hamparan sawah yang hijau nan menyejukkan mata, datanglah ke Karawang.
lihat saja, sepanjang mata memandang, sawah hijau dan kekuningan terhampar luas.. Tidak berlebihan bila dikatakan bila Karawanga termasuk salah satu lumbung padi nasional.






Beberapa desa yang berada di tepi Sungai Citarum, membuat hati terasa berdebar merasakan bagaimana dahsyatnya air luapan sungai dikala banjir. Tidak hanya menerjang rumah.. tapi puluhan hektar sawah yang bahkan beberapa hektar diantaranya siap panen, turut terendam banjir..



Karawang kami kenal karena banjir, mungkin itulah hikmah bila Allah berkendak dan kami harus kesana. Tidak sekali atau dua kali..kini suah empat kali kunjungan dan itupun akan masih berlanjut, Insya Allah. Karawang yang indah dengan sawahnya yang hijau, Pantai Pakisnya yang indah membuat kami ingin datang dan datang lagi..


Ditepi Sungai Citarum

Karawang seperti meninggalkan rasa kemegahan dan kebanggaan .. sejarah situs percandian dibeberapa lokasi, membuat kami yakin bahwa dahulunya ada sebuah kerajaan besar disana.. Candi Jiwa, Candi Blandongan dan Candi Cungkup di Kecamatan Batujaya menyisakan rasa penasaran akan sebuah peradaban maju saat itu..







Candi Jiwa








Di Kawasan Candi Blandongan, sebulan yang lalu, ditemukan kerangka manusia pra sejarah.. bahkan beberapa tahun sebelumnya lempengan emas berisi prasasti serta benda-benda lainnya juga banyak ditemukan sekitar candi. Beberapa temuan tersebut disimpan di Gedung Penyelamatan Batujaya, beberapa diantaranya disimpan di Monumen Nasional.




Candi Blandongan














Situs percandian di Batujaya ini oleh Arkeolog, disimpulkan berasal dari Jaman Kerajaan Tarumanegara.. Mungkinkan nama Sungai Citarum berasal dari Kata Tarumanegara?
Konon Raja Tarumanegara, Purnawarman sangat menjaga dan memelihara sungai yang menjadi urat nadi kehidupan penduduk disekitarnya.. Kinipun masih menjadi urat nadi, antara lain sebagai sumber aliran irigasi.. namun kini tidak hanya sebagai nadi kehidupan.. melainkan juga menjadi bencana kehidupan bila meluap sampai jauh. Semoga hal ini tidak terus menerus terjadi..






















Jakarta, 24 Mei 2010


posted under | 1 Comments

Banjir Karawang (4)

Peresmian Taman Baca "Al Husna" Dusun Segartanjung, Karawang

Alhamdulillahirabbilalamiin. Akhirnya Taman Baca "Al Husna" dapat terwujud.
Terletak di Dusun Segartanjung, Desa Segaran, Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang
Jumlah buku yang diberikan 80 persen buku-buku baru.

Dihadiri oleh Camat Batu Jaya, Bapak Dedi Ahdiat, Sekretaris Desa Segaran,Bapak Anton, Ibu-ibu Pengurus PKK dan Badan Permusyawaratan Desa serta beberapa tokoh Karawang.

Jumlah buku yang diberikan, kategori Buku Anak-anak berjumlah 169 buku, Kategori Remaja berjumlah 155 buku, Kategori Dewasa berjumlah 153 buku. Ditambah beberapa puluh Al Quran, Buku Yassin dan majalah.

Dimeriahkan oleh pendongeng, Kak Aziz yang pandai menirukan tokoh-tokoh kartun dan memainkan boneka ditangannya.

Dengan mengambil momentum Hari Kebangkitan Nasional 2010. Diharapkan penduduk Karawang, khususnya anak-anak di kawasan Batujaya, dapat bangkit dari kebodohan, keterpurukan dan kemiskinan.

Semoga acara dan bantuan ini bermanfaat dan berkah untuk semuanya.




























































Jakarta, 20 Mei 2010

meita

Banjir Karawang (3)

Banjir Karawang (3)

Sungai Citarum, riwayatmu kini...




Citarum, terkikis tepinya akibat penggalian pasir (foto dari internet)

“Air mengalir sampai jauh.., akhirnya ke laut” begitulah penggalan lagu Bengawan Solo karya Gesang. Tapi ini bukan di Solo, melainkan Karawang, yang dilintasi oleh Sungai Citarum, yang hulunya terletak di wilayah Bandung. Karena banyaknya debit air yang dilaui sungai ini, maka dibangunlah 3 waduk untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yakni Waduk Saguling, Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur Purwakarta lalu sungai mengalir ke Wilayah Karawang dan dimanfaatkan untuk air minum serta irigasi sawah di Subang,Bekasi dan Karawang hingga bermuara di Karawang, Pantai utara Laut Jawa.


Bila Citarum bisa berkisah, mungkin terlalu banyak riwayat yang harus diceritakan. Sungai merupakan nadi kehidupan, dimanapun dia berada, begitu juga Sungai Citarum. Dahulu pada masa kerajaan nusantara, Sungai Citarum sangat dimuliakan oleh para penduduknya. Kerajaan Tarumanegara, tahun 419 Masehi saat itu dipimpin oleh Raja Purnawarwarman yang sangat memperhatikan kondisi sungai di negerinya, termasuk Sungai Citarum. Kala itu, sungai ini menjadi sarana transportasi utama, juga menyediakan ikan. Sehingga sangat dijaga, baik oleh raja maupun rakyatnya. (Buku Sejarah Jawa Barat, Yoseph Iskandar).

Di Situs Sejarah


Eratnya kaitan antara daerah hilir Sungai Citarum dengan Kerajaan Tarumanegara telihat dari sejumlah prasasti berasal dari abad ke 4. di Wilayah Karawang, di Situs Batujaya dan Situs Cibuaya yang menunjukkan pernah adanya aktivitas permukiman kebudayaan pra-Hindu sejak abad ke-1 Masehi di bagian hilir sungai.


Banjir (foto dari internet)

Namun, seabad kemudian Sungai Citarum berubah, dari fungsinya sebagai nadi kehidupan, kini menjadi bencana kehidupan akibat parahnya kerusakan di lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Kerusakan yang diakibatkan “tangan-tangan manusia” itu terlihat mulai dari hulu hingga hilir. Berbagai limbah dan tumpukan sampah tumpah disana, juga pendangkalan akibat abrasi. Kerusakan itu mnyebabkan banjir yang tak terelakkan. Menggenangi tidak saja perumahan, sawah, ladang, tambak, pabrik, sekolah dan lain-lain. Ini sebuah musibah. Musibah yang datang akbibat kelalaian manusia.


Kamis, 8 April 2010. Kami dari Pengkajian Al Husna kembali mengunjungi wilayah banjir di Karawang. Banjir telah berlalu, tetapi bukan mustahil akan datang kembali. Sungguh sangat mencemaskan. Dalam kesempatan itu kami datang ingin memberikan bantuan yang berasal dari jamaah dan dari ibu2 jamaah pengajian lainnya. Kunjungan ketiga ini bantuan berupa perlengkapan buku, alat tulis dan Al Quran. Alhamdulillah bantuan cukup banyak hinga ber dos-dos. Kami sampai harus meminjam mobil box teman kami, Koko. Ada 5 titik lokasi bantuan, yakni Karaba di Teluk Jambe, Teluk Buyung, Segaran, dan dua buah sekolah dasar di wilayah Batujaya.



Mbak Hasnah menyerahkan bantuan

Siang hari, kami tiba di Kantor Desa Segaran batu Jaya, diterima oleh Sekretaris Desa dan menyampaikan keinginan untuk menyerahkan langsung ke tempat musibah. Namun karena wilayah yang akan dikunjungi cukup jauh, dan jalannya sempit, licin dan rusak (bahkan waktu banjir sempat terisolir), maka kami disarankan untuk mengganti mobil box untuk barang dengan mobil bak terbuka yang lebih kecil untuk membawa paket bantuan. Jadilah kami menuju segaran, dengan dipandu oleh Mas Nana Suryana, Pak Didik, Pak Rohim dkk. Benar saja, wilayah yang kami datangi cukup membuat hati takut, karena harus menelusuri tepi Sungai Citarum, sedangkan jalan yang ditempuh sempit, sebagian masih tanah dan cenderung becek karena bekas banjir. Dibeberapa bagian bahkan ada yang longsor. Seperti ikut off-road, kendaraan pick up untuk membawa paket bantuan selip, sehingga harus diangkat beramai-ramai. Mobil kami, yang dikendarai Mbak Hasnah berjalan perlahan-lahan, selain licin, juga khawatir selip atau terperosok.. sayapun sempat berpikir kalau tanahnya amblas bisa-bisa tergelincir ke sungai..


Rumah penduduk di Dusun Segaran, Kecamatan Batujaya

Alhamdulillah semua berjalan lancar. Satu demi satu lokasi sudah didatangi. Kami juga berencana ingin membuat taman bacaan untuk anak-anak disana. Kami lihat rumah ketua RT cukup memungkinkan bagi anak-anak untuk singgah, duduk-duduk dan meluangkan waktu sepulang sekolah untuk membaca buku. Semoga ada kemudahan untuk mewujudkannya, tak lupa kami juga memberi bantuan ke tempat relawan Pak Nana tinggal. Untuk anak-anak disana kami berikan paket berisi alat tulis, buku tulis, buku gambar dan buku belajar mengaji, Iqro. Semoga mereka senang menerimanya.



Dari wilayah Segaran, kurang lebih setengah jam kami menuju Pantai Pakis Jaya untuk santap siang disana. Perjalanan menuju pantai sangat indah, kiri dan kanan sawah hijau yang mulai menguning, benar-benar menyejukkan mata. Lalu tibalah kami di Pantai Pakis. Alhamdulillah pantainya cukup bersih. Kami mencari rumah makan di tepi pantai, agak di ujung. Udara pantai yang bersih, dan ikan bakar yang “wangi” sangat mengundang selera makan. Tampak dikejauhan sekumpulan anak-anak bermain perahu di tepi laut.
Perjalanan pulang pun kami nikmati pemandangan hijaunya sawah, namun kali ini ditambah pemandangan lain.. tampak sepanjang aliran sungai irigasi, para penduduk baik tua muda, anak-anak banyak yang menggunakan kali aliran irigasi sebagai sarana MCK. Apakah tidak ada penyuluhan untuk itu? Air sebagai sumber kehdiupan, mengapa harus tercemar? Sungguh menyedihkan melihat kenyataan ini.



MCK di saluran irigasi. Apakah tidak ada penyuluhan tentang kebersihan diri dan lingkungan?


Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Kami harus bersiap-siap untuk pulang. Namun sebelum pulang, kami mampir ke Candi Jiwa, salah satu Situs Batujaya, yakni suatu kompleks sisa-sisa percandian Budha kuno. Terletak di dua kecamatan, yakni di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya. Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan candi-candi yang tersebar di beberapa titik. Tidak jauh dari Candi Jiwa, ada Candi Blandongan, yang merupakan candi utama dari kompleks pecandian. Konon, jika sudah ada candi, sangat boleh jadi pada saat itu sudah terdapat kerajaan. Sebab untuk membangun candi dibutuhkan biaya yang tidak sedikit dan masyarakat yang terorganisir. jika asumsi para arkeologi bahwa candi ini berdiri pada tahun 3 Masehi, bisa dipastikan situs batujaya ini merupakan candi tertua yang pernah ditemukan di Indonesia.

Hari sudah semakin sore, kami hanya mampir ke Candi Jiwa. Situs ini terletak di tengah-tengah daerah persawahan. Untuk kesana, kami menyusuri sawah.yang mulai menguning. Saat itu pemandangan sangat indah. Seakan-akan candi berada di hamparan karpet hijau kekuningan dengan bertaburan kilauan sinar matahari senja. Tak habis-habisnya kami mengagumi pemandangan indah ini. Subhanallah.. Subhanallah.


siap panen


Jakarta, 9 April 2010.
-meita-

Di Pantai Pakis Jaya

Banjir Karawang (2)

Karawang, Lumbung Padi Nasional


Banjir dilahan pertanian

Banjir Karawang, bukan hanya permasalahan yang diakibatkan oleh tingginya curah hujan di Wilayah Bandung dan sekitarnya yang menyebabkan air Sungai Citarum meluap, tetapi lebih dari itu mencangkup permasalahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum dari hulu hingga hilir yang mengalami kerusakan lingkungan teramat parah. Dahulunya sepanjang DAS Citarum adalah hutan, namun kini berlaih fungsi menjadi lahan pertanian semusim.

Sungai Citarum dari dekat

Kalangan petani di hulu Citarum enggan mengganti sayuran dengan tanaman kayu keras, alasannya tanaman sayuran hasilnya lebih menggiurkan. Mereka bisa panen 35 ton kentang dalam sehektar lahan, Ini jauh lebih besar dari pada bertanam di daerah hilir yang hanya 20 ton. Kenyataan ini diperparah dengan penanaman yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi. Tanaman sayur ditanam pada kemiringan 45 derajat, dan tanpa sengkedan maka ketika hujan turun, tanahpun tergerus dan langsung terbawa air masuk ke dalam sungai, akibatnya terjadi pendangkalan yang menyebabkan mudah meluap ketika hujan deras datang karena daya tampungnya mengecil. Tidak butuh berkilo-kilometer dari hulu untuk melihat kerusakan Citarum, dari jarak 500 meter dari sumber mata air, di Desa Tarumajaya Kabupaten Bandung, Sungai Ciatrum yang bening sudah berubah menjadi hijau akibat limbah kotoran sapi dari peternakan warga. Sekitar 2 kilometer sudah berubah menjadi coklat keruh karena erosi ladang sayur di perbukitan. 25 Kilometer dari hulu air sudah berubah menjadi dua warna, disatu sisi berwarna coklat hasil erosi, dan disisi yang lain berubah kehitaman karena limbah pembuangan pabrik tekstil. (Kompas, 29 Maret 2010).



Lalu, mereka yang tinggal di hilir DAS Citarum hidup dalam kepungan banjir. Banjir yang membawa muatan lumpur dan sampah itu tiba di hilir sampai ke Daerah Karawang yang menggenangi ribuan hektar sawah dan puluhan ribu rumah. Menurut Pak Daipin, Ketua Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu Indonesia (IPPHTI), untuk Wilayah Karawang, sebanyak 1300 hektar sawah rusak terendam banjir, padahal banyak diantaranya yang siap panen. Karawang adalah penghasil beras Aromaterapik, Pandan Wangi, dan Rojolele yang terkenal dengan kwalitas berasnya yang pulen.



Jumat, 3 April 2010. Kami berkesempatan mengunjungi Karawang, kurang lebih 3 jam dari Jakarta, kami dari Pengkajian Al Husna yang terdiri dari Bu Trias, Mbak Hasnah, Mbak Dina, Mbak Ria Ambar dan saya, (perempuan semua) tiba di Wilayah Rengasdengklok. Dari sana kami dipandu oleh Pak Daipin dan Pak Dirman dari IPPHTI, serta Pak Nana Suryana, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) meninjau lokasi sawah yang terndam banjir yakni di Kecamatan Pakisjaya. Dalam perjalanan kesana, sepanjang perjalanan pemandangannya sangat indah.. sawah hijau di kiri kanan jalan, bahkan ada yang mulai menguning dan sebagian ada yang sedang di panen. Benar kalau dikatakan bahwa Karawang adalah salah satu wilayah lumbung padi nasional. Karena kurang lebih 93.000 hektar wilayahnya adalah lahan pertanian padi.


tempat penampungan



Namun tak jauh dari sana, kendaraan kami diminta untuk berhenti di Kecamatan Pakis Jaya. Tibalah kami di wilayah banjir. Sejauh mata memandang hanya genangan air kecoklatan yang tampak.. Sawah hijau yang mulai menguning pun tak tampak. Pemandangan yang kontras dari yang kami lihat sebelumnya. Genangan bajir itu meliputi dua dusun, yakni Tenjo Jaya dan Tanggul Jaya. Dari sana kami menuju ke Telukbuyung, salah satu pemukiman penduduk yang pada saat banjir melanda, ketinggian air hingga ke atap rumah. Tampak-tenda-tenda masih berdiri di pinggir tanggul. Truk PMI juga tampak di tepi jalan, juga sebuah tempat penampungan air bersih dengan keran-keran. Sudah lebih dari sepekan banjir melanda kawasan ini, air sudah surut, yang tampak adalah lumpur dan bau busuk menyengat. Sebagian penduduk masih tinggal di penampungan.

Bersama para petani Karawang

Dalam kesempatan ini kami memberikan bantuan berupa uang yang ditujukan kepada kepala keluarga, sebanyak 200 buruh tani. Namun kami tidak menyerahkan langsung, melainkan hanya simbolik ke 6 KK. Masing-masing menerima Rp 50.000. Sedangkan sisanya, kami berikan kepada Ketua Gapoktan agar mereka yang menyerahkan langsung kepada para petani. Penyerahan bantuan disaksikan oleh Pak Nursan, Lurah Teluk Jaya. Sungguh kami sangat terharu, meski bantuan kami tidak seberapa mereka sangat senang menerimanya. Mudah-mudahan bermanfaat dan berkah. Seorang warga juga mengharapkan agar nantinya kami bisa menyumbang buku-buku dan peralatan sekolah untuk anak-anak mereka. Semoga keinginannya dapat terpenuhi. Insya Allah.


Bu Trias, wakil Al Husna memberi bantuan simbolik

Pulang dari Rengasdengklok, sekitar pukul 4 sore. Kami mampir di sebuah rumah makan untuk merecanakan langkah selanjutnya. Oh ya, Pak RW di Telukjambe yang juga sebagai guru ngaji mengharapkan bantuan Al Quran. Karena Al Quran yang ada di rumah-rumah penduduk ikut terendam banjir. “Baik pak, pesan bapak adalah PR. Kami akan mengusahakannya”. Insya Allah.

Kembali ke Sungai Citarum, mungkinkah banjir Citarum dapat teratasi? Tampaknya sulit. Perlu ketegasan untuk memulihkan DAS Citarum. Mengutip pernyataan Kompas, “Jika kerusakan tak kunjung diperbaiki, inilah kiamat sebelum waktunya !”


latar belakang Banjir Karawang lahan pertanian




Jakarta, 4 April 2010.
-meita-

Banjir Karawang (1)

Teluk Jambe



Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat adalah salah satu wilayah dari 10 kecamatan yang wilayahnya terendam air. Daerah yang bisa dikatakan tidak pernah banjir itu, ternyata lebih dari sepekan yang lalu air bah memasuki wilayahnya.. mulai dari sore hari air sudah mengenai sampai sebetis orang dewasa, lalu pukul 11 malam air sudah masuk kerumah setinggi 1,5- 2 meter. Padahal, wilayahnya saat itu tidak hujan. Karawang, adalah daerah panas, jarang terjadi hujan.. Ternyata, air itu datang karena luapan Sungai Citarum, dimana curah hujan begitu tinggi di daerah hulu sungai. Keadaan diperparah dengan rusak parahnya daerah sekitar aliran sungai dari hulu hingga hilir dan meluapnya air dari Bendungan Jatiluhur.

Tak pelak banyak sawah yang tadinya siap panen, ternyata harus mengalami puso. Kondisinya rusak sehingga gagal panen. Menurut Biro Pusat Statistik, produksi padi Jawa Barat diprediksi turun 3,1 persen menjadi 10,92 persen pada tahun 2009. Salah satunya karena banyak lahan sawah yang puso akibat kebanjiran. Padahal, Jawa Barat merupakan wilayah lumbung padi nasional. Kini hanya bisa menyumbang sebanyak 18 persen produksi padi nasional. Bila kerusakan sawah semakin meluas, maka bisa jadi ketahanan pangan terancam.




Senin, 29 Maret 2010, kami dari Pengkajian Al Husna yang diketuai oleh Ibu Mirna Antonio Syafii berkesempatan mengunjungi salah satu wilayah yang terkena banjir, yakni Dusun Keraba Indah, Kelurahan Wadas, Kecamatan Telukjambe Timur. Saat itu banjir sudah surut, yang terlihat adalah tumpukan sampah dan lumpur. Tampak disana-sini kasur, bantal guling, kursi dan perabotan rumah tangga lainnya



berserakan.. Para penduduknya sibuk membersihkan rumah.. bau lumpur sangat mnyengat hidung.. Kami diterima di Masjid Miftahul Jannah. Menurut Pak Diah, salah satu pengurus masjid, bahwa daerah mereka jarang banjir, bahkan jarang hujan.. sampai tiba-tiba air menggenangi wilayahnya dan sungguh tidak menyangka, tiba-tiba malam hari air sudah masuk, begitu cepat hingga pukul 11 malam sudah separuh tinggi bangunan rumah terendam. Bersyukur, warga sudah dipersiapkan mengungsi sejak sore ketika awal tergenang sehingga tidak ada korban jiwa. Namun mereka tidak berhasil menyelamatkan perabotannya..

Tidak banyak bantuan yang kami berikan, bahkan bisa dibilang tidak ada apa-apanya.. tapi kami ingin membantu setidaknya untuk anak-anak dan balita agar kebutuhan gizi mereka tetap terpenuhi. Bantuan berupa paket bingkisan terdiri dari susu bubuk, susu siap minum (UHT), makanan bayi dan aneka biskuit serta minyak kayu putih. Kami juga memberikan untuk para ibu bingkisan kebutuhan wanita, antara lain pakaian dalam dan pembalut. Berharap mudah-mudahan sedikit bantuan ini bermanfaat.

Insya Allah, dalam waktu dekat kami akan mengadakan kunjungan kembali ke wilayah pertanian dimana banyak petani mengalami kerugian akibat rusaknya sawah mereka. Tentu saja fokus kami untuk anak-anak dan wanita. Sebab bila terjadi musibah atau bencana, tentu anak-anak yang paling menderita, jangan sampai mereka kelaparan atau kekurangan gizi. Bila ada yang berminat untuk berpartisipasi. Silahkan.. Hayuukk..

Terimakasih untuk Ibu Trias Sutisna atas bantuannya, untuk Mbak Hasnah dan Mbak Dina, dua wanita perkasa.. belanja sampai pukul 11 malam, juga Ambar dan ibu2 lainnya yang bantu packing sampai pegal. Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua. Amiin.


Sungai Citarum





Jakarta 30 Maret 2010
-meita-

Postingan Lama

Pengikut

Jumlah Pengunjung Situs ini :

Wadah silaturahim, mengkaji al Qur'an dan kegiatan sosial

Al Qur'an mengingatkan agar akal memperoleh kebenaran.
Hati harus diarahkan untuk mencintai kebenaran itu.








Al Husna

Didirikan pada Bulan Juni tahun 2006.







Awalnya terdiri dari para alumni SMASH Training yang bertujuan untuk memaknai Asmaaul Husna dalam pikiran, sikap dan perbuatan. Untuk tetap bersilaturahim dan menambah wawasan pengetahuan Islam, kami mengadakan Pengkajian al Qur'an yang diadakan Insya Allah setiap Hari Sabtu. Dua kali sebulan. Minggu ke-2 dan ke-4







Namun tidak saja untuk para alumni, tapi terbuka untuk siapa saja yang berminat untuk mendalami dan mengkaji Al Qur'an. Oleh karena itu kami menamakan "Pengkajian" karena ingin membahas dan mengkaji ayat-ayat Al Qur'an.







Dalam perkembangannya kegiatan tidak saja Pengkajian al Qur'an, tapi kami juga berkiprah dalam kegiatan sosial antara lain pemberian santunan untuk yatim dan dhuafa, memberi bantuan korban bencana alam serta mendukung kegiatan mobil pintar. Untuk lebih menambah wawasan, kami juga menyelenggarakan seminar dan kajian buku.







Pengurus Pengkajian Al Husna





Penasehat : Bp Sutisnawan



Ketua : Ibu Mirna Antonio Sjafii



Ketua Bidang Pengkajian : Ibu Suri Hidayat



Bendahara : Ibu Trias Putri



Sekretaris : Mb Ria Rasjim



Para pengurus lainnya:



Ibu Zulfah Makki, Ibu Wiwin Didi, Ibu Dina Ariyati, Mb Hasnah Malik, Ibu Meita A. Lubis, Ibu Imas Kartika, Mb Ambar. Dkk.



Kami berharap agar langkah yang kami lakukan mendapat Rahmat dan Ridho dari Allah SWT serta bermanfaat bagi umat.



Amiin Ya Robbal Alamiin



Alamat Email :

pengkajian.alhusna@gmail.com































































































































































































































































Recent Comments